Berawal dari kata "pisang", iseng-iseng saya melakukan pencarian gambar dari buah yang menjadi julukan kota Lumajang. Tak disangka akhirnya membawa saya masuk ke "The Banana Republic of Lumajang" milik Agustinus Wibowo, seorang pengembara yang saat ini sedang berada di Kabul, Afghanistan.
Jujur saja sebelum ini saya tak mengenal nama Agustinus Wibowo, 25 th, apalagi mengenal dia sebagai seorang pengembara kelas dunia. Saya tahu setelah membolak balik halaman webnya yang ternyata membuat saya merinding membacanya. Membaca kisah-kisah perjalanannya bak menyaksikan film Indiana Jones yang dilakoni secara nyata oleh seorang arek Lumajang. Kisah-kisah perjalanan yang sangat menarik, dan kadang membuat terharu sekaligus bangga sebagai orang Indonesia. (Terima kasih buat Agustinus yang telah memberi saya ijin memuat di blog saya sing adoh soko apik iki... suwun gus....!!!)
Agustinus Wibowo sekurangnya telah melanglang ke 15 negara dan jangan dibayangkan dia sebagai wisatawan yang tinggal duduk manis dengan pelayanan dan fasilitas hotel bintang lima. Bukan seperti itu. Sebagai seorang backpacker sejati Agustinus Wibowo hanya bermodalkan sebuah ransel di punggungnya dan sebuah kamera saku. Jadi jangankan tidur di kamar mewah sebuah hotel, Agustinus harus rela tidur dimanapun ada tempat tak terkecuali di emperan toko.
Dimulai tahun 2002 dia mengawali perjalanannya dari China dengan tujuan ke negara-negara yang tidak populer untuk tujuan wisata dan umumnya orang mengenal dari headline surat kabar diantaranya Mongolia, Pakistan, Kyrgyzstan, Uzbekistan, Kazakhstan, Iran, Turkmenistan, Afghanistan dan beberapa negara lainnya. Saat ini (Januari 2008) dia sedang berada di Afghanistan. Di Afghanistan dia sambil bekerja untuk mengumpulkan biaya pengembaraan selanjutnya.
Kisah-kisah selama dalam perjalanan itulah yang dia tuliskan dalam jurnal di situsnya. Kita akan mengetahui bagaimana seorang pengembara mengatasi kesulitan-kesulitan dalam perjalanannya lalu mencoba mendekat dan bergaul dengan masyarakat yang didatanginya. Terkadang benturan budaya menjadi sesuatu yang sangat mengasyikkan untuk diketahui. Di situsnya anda tidak hanya dapat membaca jurnal kisah perjalanannya saja tetapi juga dapat menikmati foto-foto yang sangat "ciamik" dan layak dipajang di majalah sekelas National Geographic. Dan ini memang terbukti, artikelnya tentang Afghanistan dan Pakistan telah dimuat di majalah National Geographic Traveller (Beijing). Anda juga dapat mengunduh artikel tersebut yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Sebuah kisah perjalanan dan pengalaman batiniah yang dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja yang membacanya.